Minggu, 14 Maret 2010

Mengenal Dunia Kedirgantaraan di Subang


MENGENAL DUNIA KEDIRGANTARAAN DI SUBANG
Oleh : Dodo Agusprio Susilo,SS
Pangkalan TNI Angkatan Udara (Lanud) Suryadarma yang terletak di Kecamatan Kalijati, Subang, Jawa Barat merupakan salah satu satuan pelaksana Komando Operasi TNI Angkatan Udara (Koopsau) I, Jakarta. Selain tugas-tugas militer, Lanud Suryadarma juga memiliki tiga potensi study tour bagi anak sekolah sebagai obyek pembelajaran yang hingga kini masih dikunjungi guna menambah pengetahuan kedirgantaraan dan kesejarahan. Ketiga obyek itu adalah Museum Rumah Sejarah, Museum Amerta Dirgantara Mandala (Museum Hidup) dan Skadron Udara 7.
Setiap bulan rata-rata terdapat dua kunjungan dari sekolah di Subang yang secara berombongan dengan didampingi guru-gurunya. Sebelumnya pihak sekolah telah mengirimkan surat ijin berkunjung untuk pelaksanaan kegiatan tersebut kepada Komandan Lanud (Danlanud) Suryadarma. Pada prinsipnya kunjungan siswa dapat diterima walaupun saat jam dinas, dikarenakan membantu siswa dalam menambah pengetahuan, pengunjungnya tidak terlalu banyak (10-120 orang) dan waktu berkunjungnya tidak terlalu lama, maksimal setengah hari.

SEJARAH
Menurut catatan sejarah, Lanud Suryadarma dibangun pada 30 Mei 1914 oleh Penjajahan Belanda bernama Pangkalan Udara (PU) Kalijati. Sejak itu keberadaanya terus berkembang, hingga tahun 1921 Belanda menjadikannya sebagai tempat pendidikan penerbang pesawat. Setelah penyerahan kedaulatan Republik Indonesia tahun 1949, PU Kalijati diambilalih Tentara Keamanan Rakyat (TKR) Republik Indonesia Jawatan Penerbangan sebagai pusat pendidikan tenaga-tenaga penerbang dan teknisi.
Sejak saat itu PU Kalijati memperkuat satuan jajaran di TNI Angkatan Udara, sampai akhirnya pada 7 September 2001, nama PU Kalijati diubah menjadi Lanud Suryadarma. Ada dua pertimbangan perubahan nama tersebut pertama mengabadikan nama besar Bapak TNI AU yaitu almarhum Marsekal TNI (Purn) Rd. Suryadi Suryadarma sebagai Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU) pertama yang membesarkan Angkatan Udara dan kedua peringatan bagi generasi penerus Angkatan Udara di Kalijati karena dalam riwayatnya beliau pernah mengikuti pendidikan penerbang di PU Kalijati.

SKADRON UDARA 7
Sebagai obyek favorit kunjungan siswa adalah Skadron Udara 7 yang di dalamnya terdapat dua jenis Pesawat Helikopter yaitu Bell G 47 Soloy buatan Amerika dan C 120 Colibri buatan Perancis. Kedua Helikopter tersebut setiap hari mengitari wilayah udara Kalijati, Subang, Purwakarta dan daerah sekitarnya untuk melakukan kegiatan penerbangan. Di Skadron Udara 7 mereka dipandu oleh seorang pilot atau teknisi yang tidak sedang melakukan kegiatan penerbangan untuk menjelaskan karakteristik dan spesifikasi kedua Helikopter tersebut dan profesi sebagai penerbang/tentara. Dengan dipandunya mereka oleh penerbang yang berpakaian khusus penerbang membuat pengunjung menyenanginya, demikian juga lalu-lalangnya beberapa anggota Skadron Udara 7 dengan pakaian seragamnya membuat pengunjung makin tahu sebagian profil dan keseharian kehidupan tentara dalam tugas.
/Melalui ......
2
Melalui kunjungan itu siswa sekolah memperoleh wawasan baru di bidang kedirgantaraan dengan mengetahui langsung wujud helikopter bahkan merasakan duduk di cockpit Pesawat Helikopter. Mereka juga melihat dari dekat Helikopter saat tinggal landas, terbang dan mendarat di apron dan landasan di depan hanggar Skadron Udara 7. Bahkan pada awal tahun ajaran baru 2008/2009, 12 siswa baru SMK 1 dan 2 Angkasa, Kalijati yang memiliki nilai tertinggi merasakan terbang dengan Helikopter C 120 Colibri selama 30 menit.
Kegiatan penerbangan helikopter di Skadron Udara 7 cukup padat karena adanya pendidikan untuk calon penerbang helikopter untuk dua jenis sekolah setiap tahun menggunakan dengan menggunakan Helikopter Bell 47 G Soloy. Rata-rata dua puluh siswa berlatih menerbangkan helikopter setelah sebelumnya mengikuti pendidikan dasar penerbangan di Wing Pendidikan Terbang, Lanud Adi Sutjipto, Yogyakarta.

MUSEUM RUMAH SEJARAH
Obyek selanjutnya adalah Museum Rumah Sejarah, bekas tempat perundingan Belanda dan Jepang tanggal 8 Maret 1942 untuk penyerahan kekuasaan atas penjajahan Hindia Belanda (Indonesia). Umumnya sebelum memasuki Rumah Sejarah mereka istirahat sejenak di halaman samping Rumah Sejarah yang rindang di bawah Pohon Mangga untuk makan pagi dan melepas dahaga. Selanjutnya mereka akan dipandu oleh pemandu untuk menjelaskan rangkaian peristiwa bersejarah sejak mendaratnya Tentara Jepang di daratan Indonesia pada Bulan Maret 1942 sampai kekalahan Belanda oleh Jepang.
Pengunjung kemudian berkeliling di dalam Museum Rumah Sejarah yang memiliki 8 ruangan untuk melihat benda-benda koleksi peninggalan Belanda dan Jepang. Koleksi tersebut antara lain batu prasasti mini kotak ukuran 40 X 50 cm buatan Tentara Jepang dalam vitrin sebagai tanda peringatan menyerahnya Belanda kepada Jepang, disampingnya terdapat dua pedang. Terdapat pula lemari sudut menyimpan koleksi barang pecah-belah peninggalan Belanda.
Di ruang tengah terdapat bekas tempat perundingan berupa meja persegi panjang dengan delapan kursi kuno beserta kain penutup bercorak kotak-kotak hitam putih. Di meja depan tiap kursi terdapat nama para pejabat Belanda dan Jepang yang melakukan perundingan. Pada sisi kanan-kiri terdapat dua bendera dua bangsa dan dua buah lukisan di tembok mengenai momen perundingan.
Pada kamar pertama di bagian depan terdapat tiga papan memuat foto-foto sejarah perundingan. Pada papan pertama terpampang 3 topik tentang peta jalan masuknya Jepang ke Indonesia, sejarah masuknya Jepang dan dialog antara Panglima Imamura dengan Gubernur Jenderal Belanda serta Panglima Ter Porten dalam terjemahan Bahasa Indonesia. Pada sisi kanan terdapat lukisan menggambarkan tiga lokasi pendaratan Pasukan Jepang di Pulai Jawa.
Pada kamar kedua terdapat bufet menyimpan beberapa buku referensi, album foto dan sebuah radio kuno. Di sampingnya terdapat papan foto sejarah mengenai kondisi Sekolah Penerbang Belanda dan mess para penerbang dan kru pesawat di PU Kalijati. Terdapat juga foto kondisi PU Kalijati, PU Husein Sastranegara di Andir, Bandung, PU Semarang dan PU Cililitan di Jakarta. Di samping itu terdapat pula foto-foto yang menggambarkan kekuatan Angkatan Udara Jepang, foto mantan serdadu Jepang yang tergabung dalam perkumpulan “Kalijati Kei” beserta keluarga. Tiap tahun mereka berziarah ke makam tentara Jepang yang kini dijadikan “Monumen Sejarah Tentara Jepang”.
/Pada ......
3
Pada kamar ketiga terdapat sebuah tempat tidur kuno dari besi, westafel dan papan foto-foto pesawat tempur Jepang. Selain itu terdapat papan yang bertuliskan proses penyerahan kekuasaan Belanda kepada Jepang dalam Bahasa Jepang dan Belanda.
Museum Rumah Sejarah sebelumnya merupakan rumah dinas biasa sebagai tempat bagi Perwira staf Sekolah Penerbang Belanda. Keadaan tersebut kemudian dilanjutkan oleh Lanud Kalijati dan pada tahun 1986 atas prakarsa Komandan Lanud saat itu Letkol Pnb Ali BZE mulai diresmikan sebagai sebuah museum dengan nama Rumah Sejarah karena di rumah tersebut tempat diselenggarakannya Belanda dan Jepang. Tujuannya untuk peringatan bagi generasi muda agar mengetahui sejarah tempat berakhirnya penjajahan Belanda terhadap Indonesia selama 350 tahun di Kalijati, yang kemudian setelah di jajah Jepang selama 3,5 tahun pada tahun 1945 Indonesia mencapai kemerdekannya.

MUSEUM HIDUP
Obyek selanjutnya adalah ke Hanggar C, sebelum sampai ke obyek tersebut, pengunjung akan melewati beberapa tempat yang cukup mengesankan yaitu hamparan tanah lapang dan landasan pesawat udara yang begitu luas. Terdapat pula deretan Pohon Cemara di tepi jalan protokol yang kelihatan rapi dan beberapa pohon tua yang menghiasi sepanjang jalan menuju Hanggar C. Hal ini membuktikan Pangkalan Udara Suryadarma telah cukup tua usianya.
Hanggar C merupakan Hanggar Pesawat tua peninggalan Belanda yang mempunyai lima atap berjajar yang cukup luas. Saat ini Hanggar C selain sebagai Museum Pesawat bernama Museum Hidup atau Museum Amerta Dirgantara Mandala pada waktu-waktu tertentu juga dipakai untuk kegiatan pendidikan bagi atlet Terbang layang. Sehingga Hanggar C berfungsi ganda yaitu selain sebagai museum juga tempat Pendidikan Terbang Layang (Pusdik Terla) Nasional.
Di dalam Hanggar C terdapat sebuah ruangan/kamar yang dikelola Museum Amerta Dirgantara Mandala menyimpan foto-foto sejarah sekolah penerbang dan teknik militer di Indonesia dan beberapa benda koleksi. Sedang di ruang utama terdapat sebuah Pesawat Gruman Goose, sebuah Pesawat angkut jenis L-12 Lockheed, sebuah pesawat ringan jenis L 4 J Pipercup, sebuah Pesawat Cessna 180, tiga buah pesawat jenis gelatik yang masih dipakai sebagai pesawat penarik glider dan beberapa Pesawat Glider guna kegiatan Terbang Layang. Pesawat Terbang Layang biasanya diterbangkan pada Hari Sabtu dan Minggu.
Museum Hidup/Museum Amerta Dirgantara Mandala merupakan bagian dari Museum Pusat TNI AU Dirgantara Mandala, di Yogyakarta yang berada di bawah pembinaan Dinas Perawatan Personel TNI Angkatan Udara. Diresmikan oleh KSAU Marsekal TNI Ashadi Tjahyadi sebagai museum pada 10 April 1982. Keberadaan Museum Hidup dan dua obyek study tour itu turut menumbuhkan minat anak mengetahui sejarah dan dunia kedirgantaraan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar