Minggu, 14 Maret 2010

Mengenal Lanud Suryadarma, Subang


MENGENAL LANUD SURYADARMA, SUBANG
TERTUA,CIKAL-BAKAL SEKOLAH PILOT DAN CANDRADIMUKA BAGI PILOT HELI
Oleh : Kapten Sus Dodo Agusprio S.,SS.

Pangkalan TNI Angkatan Udara (Lanud) Suryadarma, Subang merupakan salah satu Pangkalan Udara TNI AU yang berada di jajaran Komando Operasi TNI Angkatan Udara (Koopsau) I, Jakarta. Sebagai Lanud tipe B, di Lanud Suryadarma terdapat sebuah satuan udara yaitu Skadron Udara 7 yang mengawaki dua jenis Pesawat Helikopter Bell 47 G Solooy dan EC 120 Colibri.
Dengan dua jenis helikopter tersebut tugas dukungan operasi udara bagi satuan lain dapat dilaksanakan. Demikian pula tugas tambahan pendidikan penerbang bagi Prajurit TNI dan TNI AU jurusan helikopter (rotary wing). Sehingga, sejak 1991 sampai kini Lanud Suryadarma dikenal sebagai home base bagi dilahirkannya para penerbang Helikopter (chopper) TNI dengan julukan “All Chopper were born in here”.
Staf-staf dan satuan lain di Lanud Suryadarma meliputi staf operasi, staf personel, staf logistik dan beberapa staf khusus. Terdapat pula Satuan Polisi Militer TNI AU (Satpomau) dan Rumah Sakit Tingkat IV. Sedangkan satuan samping di Lanud Suryadarma meliputi Wing Pendidikan Teknik dan Pembekalan (Wingdiktekkal), Kompi B BS Paskhas, Satuan Udara Pertanian dan Museum Amerta Dirgantara Mandala serta Museum Rumah Sejarah Kalijati, tempat bersejarah saat perundingan penyerahan kekuasaan penjajahan dari Belanda ke Jepang tahun 1942 sebagai Benda Cagar Budaya Subang.

LANUD PERTAMA DAN TERTUA DI INDONESIA
Lanud Suryadarma awalnya bernama Pangkalan Udara Kalijati didirikan Belanda pada Mei 1914 untuk melengkapi angkatan perang Belanda (KNIL) pada aspek pertahanan udaranya. Pemilihan Kalijati untuk pangkalan udara pertama Belanda berdasarkan survei Panglima Tentara KNIL Letnan Jenderal H. ter Poorten karena beberapa hal seperti iklim, cuaca dan angin cenderung stabil sehingga aman untuk penerbangan, secara geografis tidak terlalu jauh dari Batavia sehingga dapat memberikan bantuan operasi udara apabila dibutuhkan dan lokasinya relatif terlindungi oleh kondisi alam karena terletak di pedalaman.
Karena dalam rintisan maka segala sesuatunya darurat seperti nama satuannya Proef Vlieg Afdeling/PVA (Bagian Penerbangan Percobaan). Demikian juga pesawat udaranya berupa dua unit pesawat amphibi Glen Martin buatan Amerika Serikat yang tidak dapat mendarat di tanah terpaksa harus diberi roda tambahan agar bisa mendarat. Di samping itu, kondisi landasan Pangkalan Udara Kalijati juga sederhana, berupa lapangan rumput dengan bangsal-bangsal untuk pesawat yang terbuat dari bambu. Namun demikian, sejak itu secara bertahap mulai dirintis pembangunan sarana prasarana yang lebih permanen.
Pada 1917 kegiatan PVA bertambah dengan datangnya 8 Pesawat Pengintai dan 4 Pesawat Latih. Keempat Pesawat Latih itu digunakan untuk kegiatan pendidikan bagi calon pilot/penerbang, sehingga pembangunan sarana prasarana pendidikan pilot di Pangkalan Udara Kalijati mulai dikerjakan dengan intensif. Hal ini bagian dari persiapan militer Belanda untuk menghadapi perang dunia II setelah terjadinya Perang Dunia I pada 1914-1918.
Keberadaan Pangkalan Udara Kalijati selama 28 tahun (1914-1942) di bawah Belanda mulai nampak kemajuannya ditandai telah banyaknya bangunan fisik yang dibangun sehingga saat Tentara Jepang merebutnya, mereka tinggal menggunakannya. Beberapa bangunan yang terawat baik hingga kini antara lain
/ Hanggar ......
2
Hanggar A terletak di Ring I (Ring I saat itu ditembok keliling berbentuk segilima tinggi hampir 3 meter berdiameter kurang lebih 300 meter, sebagian bekas tembok masih berdiri) kini digunakan Hanggar Pesawat Polter Pilatus dari Satuan Udara Pertanian, Hanggar B (setelah direhab) dipakai untuk Hanggar Helikopter Bell 47 G Soloy, Hanggar C untuk Museum Amerta Dirgantara Mandala dan Pusat Pendidikan Terbang Layang, Hanggar D untuk Skadron Pendidikan 303, sedangkan bekas Gedung Sekolah Penerbang Belanda saat ini digunakan Markas Wingdiktekkal, juga kompleks-kompleks perumahan dinas salah satunya untuk Museum Rumah Sejarah Kalijati dan bangunan lainnya.
Mengingat berharganya Lanud Kalijati bagi Belanda, setelah Jepang meninggalkan Indonesia 1945 beberapa Tentara Udara Belanda kembali ke Kalijati sebagai teknisi yang bertahan hingga penyerahan kedaulatan Republik Indonesia pada 27 Desember 1949. Enam bulan kemudian pada 27 Juni 1950 semua fasilitas militer Belanda di Pangkalan Kalijati diserahkan ke AURI (Angkatan Udara Republik Indonesia). Sejak itu penataan fasilitas dan pendayagunaan sarana dilaksanakan diantaranya pembentukan kesatuan pendidikan 001/sekolah penerbang untuk tingkat dasar dan lanjutan, juga kesatuan pendidikan 002 dan 007 yang melaksanakan pendidikan Pengatur Lalu Lintas Udara (PLLU), Meteorologi, Perhubungan, Telegrapis dan Sekolah Setir Mobil, cikal-bakal satuan pendidikan Wingdiktekkal. Sejak 1960 sekolah penerbang dipindahkan ke Yogyakarta disatukan di tingkat akademi.
Pemindahan sekolah penerbang tersebut, menjadikan Lanud Kalijati sepi dari kegiatan penerbangan, tapi ramai oleh siswa TNI AU dari korps teknik dan pembekalan yang bersekolah di Wingdiktekkal sebagai satuan samping. Kesunyian dari kegiatan penerbangan berubah pada April 1989, saat Skadron Udara 7 sebagai skadron helikopter jenis khusus dan pendidikan pilot helikopter pindah home basenya dari Lanud Atang Senjaya, Bogor ke Kalijati. Sehingga sejak Januari 1990 Skadron Udara 7 telah menjadi satuan bawah Lanud Kalijati.
Perkembangan berikutnya nama Lanud Kalijati diganti dengan Lanud Suryadarma pada 7 September 2001 dengan alasan untuk menghargai jasa-jasa Bapak AURI Marsekal TNI S. Suryadarma sebagai pelopor AURI yang pernah sekolah penerbang di Kalijati. Peresmian penggantian nama Lanud tersebut dilaksanakan dalam suatu upacara militer dipimpin KSAU Marsekal TNI Hanafie Asnan, dihadiri ahli waris almarhum Marsekal TNI (Purn.) S. Suryadarma.
Kini sejak 1946 Lanud Suryadarma telah berganti komandan sebanyak 33 kali dan pada 2009 ini Lanud Suryadarma di bawah kepemimpinanan Kolonel Pnb Ras Rendro Bowo S.,SE (Alumni AAU 1983) menjabat sejak Juni 2007.

CIKAL-BAKAL SEKOLAH PENERBANG MILITER INDONESIA
Kedatangan empat pesawat latih Belanda di Lanud Kalijati merupakan cikal-bakal bangsa Indonesia memiliki sekolah penerbang militer. Keempat pesawat tersebut awalnya digunakan mendidik penerbang baru tentara KNIL yang ada di Kalijati agar mampu mengawaki pesawat intai. Sekolah Penerbang (Vliegschool) tersebut hanya menerima siswa warga Belanda asli karena adanya politik diskriminasi yang tidak mengizinkan pribumi menjadi penerbang, karena penerbang merupakan profesi elite bagi Belanda.
Setelah Vliegschool berjalan beberapa tahun, pada 1932 mulai menerima siswa pribumi namun dengan persyaratan yang ketat dan berat. Keadaan tersebut dialami oleh Letnan S. Suryadarma (Bapak AURI) ketika masih muda.
/ Karena......
3
Karena cita-citanya yang kuat menjadi penerbang ia harus menjalani tiga kali tes untuk diterima sebagai siswa penerbang di Kalijati pada 1937. Selama enam bulan menjalani pendidikan dilanjutkan sekolah navigator dan lulus pada 1939. Selanjutnya ia menempuh pendidikan instruktur yang mengantarkannya menjadi instruktur di Sekolah Penerbang Kalijati. Beberapa warga pribumi lainnya yang lulus brevet penerbang tingkat atas, Adi Sutjipto dan Sambujo Hurip sedang brevet penerbang tingkat pertama Husein Sastranegara, Sulistyo dan H. Suyono.
Sementara itu dari segi perkembangan satuan yang membawahi Pangkalan Udara Kalijati juga mengalami perubahan. Nama Bagian Penerbangan Percobaan untuk pertama kalinya berubah menjadi Vliegafdeling karena terjadi perkembangan tugas. Pada 21 Agustus 1921 Vliegafdeling berganti lagi menjadi Luchtvaart Afdeling (LA) atau Bagian Penerbangan. Di bawah LA terdapat Vliegdienst (Dinas Terbang) mengurusi aktifitas penerbangan dan Technisedienst (Dinas Teknik) bertugas merawat mesin pesawat. Karena keberadaan LA makin berkembang dan dibutuhkan KNIL, pada 1 Januari 1940 berganti lagi menjadi Militaire Luchtvaartdiens/ML (Dinas Penerbangan Militer), dalam ML terdapat Sekolah Penerbang Perwira (Vliegschool) yang mendidik pilot pesawat dan Sekolah Pengintai (Warnemerschool) mendidik calon navigator.
Selanjutnya pada 1939, Belanda mulai memindahkan lokasi sekolah penerbang dan pengintai dari Kalijati ke Pangkalan Udara Andir, Bandung dan mengubah nama sekolahnya untuk digabungkan menjadi Vlieg en Warnemer School. Sejak itu aktifitas sekolah penerbang berada di Bandung, pada 1949 Pangkalan Udara Kalijati dijadikan kembali oleh AURI sebagai pusat pendidikan penerbang tingkat dasar dan lanjutan namun pada 1960 pendidikan penerbang dipindah ke Yogyakarta hingga kini.

CANDRADIMUKA BAGI PARA PENERBANG HELIKOPTER TNI
Sejak Skadron Udara 7 bergabung dengan Lanud Kalijati pada 1990, tugas Skadron Udara 7 yang mengawaki 2 jenis pesawat Helikopter yaitu Bell 204 B Iroquois sebanyak 12 buah dan Bell 47 G Solooy sebanyak 12 buah selain mendukung kegiatan operasi udara juga mendidik calon penerbang helikopter. Pesawat latih yang digunakan adalah Helikopter Bell 47 G Solooy hasil modifikasi dari Bell 47 G 3 BI Sioux sejak 1984. Modifikasinya berupa mengganti engine piston AVCD lycoming AVCO TVD 43J enam silinder berbahan bakar avigas menjadi engine turbo prop allison 250C-20B berbahan bakar Avtur. Dengan modifikasi itu menjadikan Bell 47 G Solooy tetap mampu terbang, namun dari segi bentuk Bell 47 G Solooy cenderung sederhana yaitu hanya dua seat serta bagian belakangnya terkesan seperti pesawat yang belum jadi karena berwujud kerangka. Namun demikian Bell 47 G Solooy terbukti tangguh melatih calon pilot helikopter.
Dasar penyelenggaraan sekolah penerbang dengan Bell 47 G Solooy adalah instruksi KSAU pada Mei 1987 tentang penyelenggaraan pembinaan kesiapan operasi khusus dan pendidikan sekolah penerbang helikopter latih dasar bagi calon pilot helikopter TNI. Terdapat dua macam sumber siswa tiap tahunnya yaitu Sekolah Penerbang (Sekbang) PSDP (Prajurit Sukarela Dinas Pendek) program Markas Besar (Mabes) TNI, siswanya lulusan Sekolah Menengah Atas. Sebelum ke Skadron Udara 7, siswa Sekbang PSDP telah menjalani proses seleksi lalu pendidikan dasar kemiliteran di Solo kemudian pendidikan penerbangan dasar di Yogyakarta. Selama enam bulan siswa
/ Sekbang ......
4
Sekbang PSDP digembleng melalui dua materi pendidikan yaitu bina kelas dan bina terbang. Setelah lulus mereka menyandang pangkat perwira, oleh Mabes TNI disalurkan ke Angkatan Darat dan Angkatan Laut. Sumber kedua adalah Perwira Siswa lulusan Akademi Angkatan Udara (AAU), sekolahnya dinamakan Kursus Pengenalan Terbang Pesawat Helikopter (KPTPH). Mereka merupakan perwira penerbang yang dijuruskan ke Pesawat Helikopter, sebelumnya juga menjalani pendidikan dasar penerbangan di Yogyakarta. Siswa KPTPH juga menjalani tahapan pendidikan bina kelas dan bina terbang, setelah lulus mereka disalurkan ke satuan helikopter di TNI AU.
Apabila ditengok ke belakang peran Skadron Udara 7 dalam pendidikan sekolah penerbang helikopter sebetulnya telah dirintis sejak 1978, di Lanud Atang Senjaya, Bogor dengan nama pendidikan Terbang Transisi. Namun sejak 1989 Skadron Udara 7 pindah ke Kalijati agar kegiatan latih dasar helikopter dapat berjalan lancar. Hal ini disebabkan di Lanud Atang Senjaya, Bogor volume kegiatan penerbangan cukup padat oleh dua skadron helikopter yaitu Skadron Udara 6 dan Skadron Udara 8.
Sejak dirintis 1978 hingga 2008 Skadron Udara 7 telah meluluskan sekitar 570 orang Pilot Helikopter. Selain prajurit TNI, pilot yang dididik sebelum 1999 juga terdapat siswa-siswa dari luar negeri dan Kepolisian Republik Indonesia. Prestasi tersebut patut disyukuri karena dengan helikopter modifikasi jenis Bell 47 G Solooy yang merupakan pesawat tua namun tangguh, para siswa berhasil melewati masa-masa pengemblengan di kawah candradimuka Skadron Udara 7, Lanud Suryadarma untuk menjadi Pilot Helikopter (Chopper) yang profesional.

PERAN LANUD SURYADARMA KINI
Saat ini Lanud Suryadarma, Subang sebagai satuan jajaran TNI tetap melaksanakan kegiatan untuk memelihara kemampuan profesional prajuritnya melalui berbagai latihan rutin seperti penerbangan, menembak, Keamanan dan Pertahanan Pangkalan, survival juga olah raga militer dan olah raga umum. Di samping itu, Lanud Suryadarma juga melaksanakan dukungan bagi satuan lain baik siswa dari Prajurit Paskhas TNI AU maupun dari satuan-satuan TNI AD khususnya dalam penggunaan landasan dan sarana pendukungnya untuk latihan terjun payung udara dan latihan tempur lainnya.
Sebagai upaya menekan pertumbuhan penduduk di Kabupaten Subang, Rumah Sakit Lanud Suryadarma juga berpartisipasi dalam pelaksanaan program Keluarga Berencana Metode MOW. Sedangkan untuk membina minat kedirgantaraan Lanud Suryadarma membuka pintu bagi masyarakat baik murid, siswa, mahasiswa dan umum melalui kegiatan kunjungan mengenal pesawat terbang dengan melihat koleksinya di Museum Amerta Dirgantara Mandala dan juga Pesawat Helikoter di Skadron Udara 7 serta Study Tour sejarah di Museum Rumah Sejarah Kalijati. Viva Lanud Suryadarma.

7 komentar:

  1. saya pingin ke museumnya deh, tapi kapan blm tau, klo mau liat photo2 pesawat yg ada di museum dimana ya?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ada Beberapa museum angvkatan udara saat ini Pak seperti :
      1. Museum Lanud Halim Perdanakusuma di Jakarta, kunjungan pada jam dinas Senin-Jumat
      2. Museum Amerta Dirgantara Mandala di lanud Suryadarma, Kalijati, Subang, kunjungan pada jam kerja
      3. Museum Pusat Dirgantara Mandala di Lanud Adi Sutjipto, Yogyakarta buka setiap hari di sini selain foto juga dapat lihat bahkan pegang pesawat-pesawat tua yang pernah beroperasi dan di operasionalkan oleh TNI AU.
      Kami tunggu kedatangan Bapak untuk memperluas wawasan sejarah kedirgantaraan nasional
      Salam, Daps

      Hapus
  2. Jadi tertarik untuk mengunjungi, ada syarat khususnya ga? Atau kita boleh mengunjungi kapan saja?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Silahkan datang ke museum-museum TNI AU antara lain di:
      1. Museum Lanud Halim Perdanakusuma di Jakarta Timur, kunjungan pada jam dinas 08.00-15.00, Senin-Jumat
      2. Museum Amerta Dirgantara Mandala di lanud Suryadarma, Kalijati, Subang, Jawa Barat kunjungan pada jam kerja
      3. Museum Pusat Dirgantara Mandala di Lanud Adi Sutjipto, Yogyakarta buka setiap hari di sini selain foto juga dapat lihat bahkan dapat berfoto di dekat pesawat-pesawat tua yang pernah beroperasi dan di operasionalkan oleh TNI AU.
      Kami tunggu kedatangan Mbak untuk memperluas wawasan sejarah kedirgantaraan nasional
      Salam, Daps

      Hapus
    2. Silahkan datang ke museum-museum TNI AU antara lain di:
      1. Museum Lanud Halim Perdanakusuma di Jakarta Timur, kunjungan pada jam dinas 08.00-15.00, Senin-Jumat
      2. Museum Amerta Dirgantara Mandala di lanud Suryadarma, Kalijati, Subang, Jawa Barat kunjungan pada jam kerja
      3. Museum Pusat Dirgantara Mandala di Lanud Adi Sutjipto, Yogyakarta buka setiap hari di sini selain foto juga dapat lihat bahkan dapat berfoto di dekat pesawat-pesawat tua yang pernah beroperasi dan di operasionalkan oleh TNI AU.
      Kami tunggu kedatangan Mbak untuk memperluas wawasan sejarah kedirgantaraan nasional
      Salam, Daps

      Hapus
  3. Makin oke aja nih lanud suryadarma jd inget masa kecil dulu wkt sekolah dsn

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdullillah, Lanud Suryadarma terus berkembang namun tidak melupakan sejarah yang telah mengantarkannya hingga dapat seperti saat ini.

      Hapus